Bagi
sebagian orang, wisuda merupakan moment-moment bersejarah yang selayaknya
dirayakan. Bagi sebagian yang lain, wisuda merupakan peluang untuk meraup
keuntungan. Sebagiannya lagi merasa kalo wisuda adalah saat yang tepat untuk
mencari pasangan *kedip-kedip mata* *kemudian dilempar obat tetes mata*.
Beberapa
minggu yang lalu aku habis menghadiri wisuda sahabat-sahabatku di UMY dan
otomatis aku ke sana nggak dengan tangan hampa, tapi harus ngebawa sesuatu
seperti layaknya manusia-manusia normal yang datengin wisuda teman dekatnya.
Bisa dimengerti ya gimana kalo aku ke sana nggak bawa apa-apa. Bisa-bisa
besoknya mereka bakal pura-pura nggak kenal aku dan itu artinya aku udah nggak
dianggap sahabat lagi. Untuk menghindari hal itu, aku dan Yuan – salah satu dari
geng, ngebawa bunga dan boneka kecil. Untungnya sih kami beli itu di pusat
penjualan bunga daerah Kota Baru di Jogja jadi bisa mesen sesuai budget.
Sebenernya
saat ada moment wisuda, penjual bunga juga jadi menjamur dan tiba-tiba datang
nggak tau darimana. Cuma gila aja, pas iseng nanya harganya ternyata bisa lebih
mahal sekitar 10-20 ribu rupiah booowk! Dan itu benar-benar mengganggu
pikiranku sampai berhari-hari. Ini nggak mungkin! Ini nggak mungkin terjadi!
Mereka bisa untung banyak kalau laku semua. Jadi, setelah itu aku nggak tinggal
diam. Aku bertekad bakal ngebalas semua ini dengan...ikut jualan bunga! Nah, pas
banget minggu depannya temen kontrakanku juga akan melangsungkan wisuda. Aku
langsung mesen beberapa buket bunga untuk dijual dan juga membeli peralatan
untuk ngejual es teh. Berhubung cuaca Jogja kalo siang panas banget, aku yakin
es teh pasti laku keras. Akhirnya, ketika saat itu tiba dimulailah percobaan
pertama jualan di moment wisuda. Tapi tenang, aku nggak sendirian karena udah
ngajak Etha dan Amel – pasukan teman-teman penyiar yang mau diajak nyari duit.
Hihi.
Awal-awal
nawarin dagangan ke orang, sama sekali nggak ada yang mau beli. Giliran
ditawarin, ada yang geleng-geleng kepala, ada yang cuma senyum nggak jelas, ada
juga yang malah ngegodain penjual-penjual cantik ini. Huh. Ternyata jualan itu
nggak mudah yah. Kalau es teh sih jangan ditanya, itu laku banget. Apalagi kami
ngejual dengan harga standar 3000 rupiah per cup. Nah, aku nyaris hopeless saat
bunga belum ada yang laku, padahal hampir satu jam kami di sana. Tapi ketika
perasaan hopeless itu muncul dan aku sudah mulai lelah dengan semua itu
*ceilah*, tiba-tiba ada sosok yang mendekat ngebawa cahaya di bunga-bungaku.
Jangan-jangan dia malaikat?
Setelah
kulihat lebih jelas, ternyata dia manusia yang mau beli bunga buat pacarnya.
Ihiir. Untungnya lagi dia nggak ada tawar menawar dan langsung beli aja tuh
bunga yang aku pilihin. Alhamdulillah. Setelah itu, semangat ku mulai muncul
lagi. Dan eng-ing-eng, aku bisa ngejual semua bunga dengan bantuan dua
teman-temanku juga. Horeee!!
Ada
rasa kepuasan ketika jualan habis, walaupun mungkin untungnya nggak seberapa
dengan capeknya. Tapi,rasa puas dan pengalaman itu rasa-rasanya nggak bisa
tergantikan dengan uang. Dari sini aku
mulai belajar berbisnis walaupun masih kecil-kecilan sambil berharap dan berdoa
siapa tau nantinya aku malah bisa buka
toko bunga dan punya kedai minum teh yang besar. Jadi, mulai sekarang aku akan memaknai moment wisuda sebagai ajang nyari duit dan mengasah skill jualan. Ada yang mau ikutan? :D
setelah selesai jualan baru foto bareng |
aku pernah. jualan figura foto. ndak laku blas :)))
BalasHapussalah momen, atau salah dagangan...
jualan minum itu penting banget!
BalasHapusbener, minuman itu penting banget, tapi jangan 3000 juga kali neng... :) 5000 gitu..
BalasHapus